Hukum Merayakan Hari Valentine bagi Umat Islam
Dan
seiring dengan masuknya beragam gaya hidup barat ke dunia Islam,
perayaan hari valentine pun ikut mendapatkan sambutan hangat, terutama
dari kalangan remaja ABG. Bertukar bingkisan valentine, semarak warna
pink, ucapan rasa kasih sayang, ungkapan cinta dengan berbagai
ekspresinya, menyemarakkan suasana Valentine setiap tahunnya, bahkan di
kalangan remaja muslim sekali pun.
Sejarah Valentine
Valentine’s
Day menurut literatur ilmiyah dan kalau mau dirunut ke belakang,
sejarahnya berasal dari upacara ritual agama Romawi kuno. Adalah Paus
Gelasius I pada tahun 496 yang memasukkan upacara ritual Romawi kuno ke
dalam agama Nasrani, sehingga sejak itu secara resmi agama Nasrani
memiliki hari raya baru yang bernama Valentine’s Day.
Keterangan
seperti ini bukan keterangan yang mengada-ada, sebab rujukannya
bersumber dari kalangan barat sendiri. Dan keterangan ini menjelaskan
kepada kita, bahwa perayaan hari valentine itu berasal dari ritual agama
Nasrani secara resmi. Dan sumber utamanya berasal dari ritual Romawi
kuno.
Sementara di dalam tatanan aqidah Islam, seorang muslim diharamkan ikut
merayakan hari besar pemeluk agama lain, baik agama Nasrani ataupun
agama paganis (penyembah berhala) dari Romawi kuno.
Katakanlah,
“Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan Aku tidak pernah
menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula)
menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah. Untukmu agamamu, dan
untukkulah, agamaku.” (QS. Al-Kafirun: 1-6)
Kalau
dibanding dengan perayaan natal, sebenarnya nyaris tidak ada bedanya.
Natal dan Valentine sama-sama sebuah ritual agama milik umat Kristiani.
Sehingga seharusnya pihak MUI pun mengharamkan perayaan Valentine ini
sebagaimana haramnya pelaksanaan Natal bersama.
Fatwa
Majelis Ulama Indonesia tentang haramnya umat Islam ikut menghadiri
perayaan Natal masih jelas dan tetap berlaku hingga kini. Maka
seharusnya juga ada fatwa yang mengharamkan perayaan valentine khusus
buat umat Islam.
Mengingat
bahwa masalah ini bukan semata-mata budaya, melainkan terkait dengan
masalah aqidah, di mana umat Islam diharamkan merayakan ritual agama dan
hari besar agama lain.
Valentine Berasal dari Budaya Syirik.
Ken Swiger dalam artikelnya “Should Biblical Christians Observe It?"
mengatakan, “Kata “Valentine" berasal dari bahasa Latin yang berarti,
“Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Maha Kuasa". Kata ini ditunjukan
kepada Nimroe dan Lupercus, tuhan orang Romawi".
Disadari
atau tidak ketika kita meminta orang menjadi “to be my Valentine",
berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang Maha Kuasa". Jelas
perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan makhluk dengan
Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Icon si
“Cupid (bayi bersayap dengan panah)" itu adalah putra Nimrod “the hunter" dewa matahari.
Disebut
tuhan cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun
berzina dengan ibunya sendiri. Islam mengharamkan segala hal yang berbau
syirik, seperti kepercayaan adanya dewa dan dewi. Dewa cinta yang
sering disebut-sebut sebagai dewa Amor, adalah cerminan aqidah syirik
yang di dalam Islam harus ditinggalkan jauh-jauh. Padahal atribut dan
aksesoris hari valentine sulit dilepaskan dari urusan dewa cinta ini.
Walhasil,
semangat Valentine ini tidak lain adalah semangat yang bertabur dengan
simbol-simbol syirik yang hanya akan membawa pelakunya masuk neraka, naudzu billahi min zalik.
Semangat valentine adalah Semangat Berzina
Perayaan
Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran sikap dan
semangat. Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para
dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari
simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang ini identik dengan
pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti
pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara
legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.
Dalam
semangat hari Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan
maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng
tangan, berpelukan, berciuman, petting bahkan hubungan seksual di luar
nikah di kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya, semua itu
adalah ungkapan rasa kasih sayang, bukan nafsu libido biasa.
Bahkan
tidak sedikit para orang tua yang merelakan dan memaklumi putera-puteri
mereka saling melampiaskan nafsu biologis dengan teman lawan jenis
mereka, hanya semata-mata karena beranggapan bahwa hari Valentine itu
adalah hari khusus untuk mengungkapkan kasih sayang.
Padahal
kasih sayang yang dimaksud adalah zina yang diharamkan. Orang barat
memang tidak bisa membedakan antara cinta dan zina. Ungkapan make love yang artinya bercinta, seharusnya sedekar cinta yang terkait dengan perasan dan hati, tetapi setiap kita tahu bahwa makna make love atau bercinta adalah melakukan hubungan kelamin alias zina. Istilah dalam bahasa Indonesia pun mengalami distorsi parah.
Misalnya, istilah penjaja cinta. Bukankah penjaja cinta tidak lain adalah kata lain dari pelacur atau menjaja kenikmatan seks?
Di dalam syair lagu romantis barat yang juga melanda begitu banyak lagu pop di negeri ini, ungkapan make love
ini bertaburan di sana sini. Buat orang barat, berzina memang salah
satu bentuk pengungkapan rasa kasih sayang. Bahkan berzina di sana
merupakan hak asasi yang dilindungi undang-undang.
Bahkan
para orang tua pun tidak punya hak untuk menghalangi anak-anak mereka
dari berzina dengan teman-temannya. Di barat, zina dilakukan oleh siapa
saja, tidak selalu Allah sybhanahu wa ta’ala berfirman tentang zina,
bahwa perbuatan itu bukan hanya dilarang, bahkan sekedar mendekatinya
pun diharamkan.
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (QS Al Isra’: 32)
Kasih Sayang Menurut Islam
Di
dalam Islam tidak ada Valentine, sebab kata Valentine itu merupakan
istilah impor dari agama di luar Islam. Bahkan latar belakang sejarah
dan esensinya pun tidak sejalan dengan Islam.
Namun
kalau yang anda inginkan adalah perwujudan rasa kasih sayang menurut
syariah Islam, tentu saja Islam merupakan ‘gudang’ nya kasih sayang.
Tidak sebatas pada orang-orang terkasih saja, bahkan kasih sayang kepada
semua orang. Bahkan hewan pun termasuk yang mendapatkan kasih sayang.
Cinta kepada Kekasih
Kasih
sayang kepada orang terkasih pun ada di dalam Islam, bahkan menyayangi
pasangan kita dinilai sebagai ibadah. Ketika seorang wanita memberikan
seluruh cintanya kepada laki-laki yang dicintainya, maka Allah pun
mencurahkan kasih sayang-Nya kepada wanita itu. Hal yang sama berlaku
sebaliknya.
Namun
kasih sayang antara dua insan di dalam Islam hanya terjadi dan
dibenarkan dalam ikatan yang kuat. Di mana laki-laki telah berjanji di
depan 2 orang saksi. Janji itu bukan diucapkan kepada si wanita semata,
melainkan juga kepada orang yang palingbertanggung-jawab atas diri
wanita itu, yaitu sang ayah. Ikatan ini telah menjadikan pasangan laki
dan wanita ini sebagai sebuah keluarga. Sebuah ikatan suami istri.
Adapun
bila belum ada ikatan, maka akan sia-sia sajalah curahan rasa kasih
sayang itu. Sebab salah satu pihak atau malah dua-duanya sangat punya
kemungkinan besar untuk mengkhianati cinta mereka. Pasangan mesra di
luar nikah tidak lain hanyalah cinta sesaat, bahkan bukan cinta
melainkan birahi dan libido semata, namun berkedok kata cinta.
Dan
Islam tidak kenal cinta di luar nikah, karena esensinya hanya cinta
palsu, cinta yang tidak terkait dengan konsekuensi dan tanggung-jawab,
cinta murahan dan -sejujurnya- tidak berhak menyandang kata cinta.
Cinta kepada Sesama
Di
luar cinta kepada pasangan hidup, sesungguhnya masih banyak bentuk
kasih sayang Islam kepada sesama manusia. Antara lain bahwa Islam
melarang manusia saling berbunuhan, menyakiti orang lain, bergunjing,
mengadu domba atau pun sekedar mengambil harta orang lain dengan cara
yang batil.
Bandingkan
dengan peradaban barat yang sampai hari duduk di kursi terdepat sebagai
jagal yang telah membunuh berjuta nyawa manusia. Bukankah suku Indian
di benua Amerika nyaris punah ditembaki hidup-hidup? Bukankah suku
Aborigin di benua Australia pun sama nasibnya?
Membunuh
satu nyawa di dalam Islam sama saja membunuh semua manusia. Bandingkan
dengan jutaan nyawa melayang akibat perang dunia I dan II. Silahkan
hitung sendiri berapa nyawa manusia melayang begitu saja akibat ledakan
bom atom di Hiroshima dan Nagasaki?
Silahkan
buka lembaran sejarah, siapakah yang dengan bangga bercerita kepada
anak cucunya bahwa nenek moyang mereka berhasil membanjiri masjid Al
Aqsha dengan genangan darah muslimin, sehingga banjir darah di masjid
itu sebatas lutut kuda?
Di
awal tahun 90-an, kita masih ingat bagaimana Serbia telah menyembelih
umat Islam di Bosnia, anak-anak mati ditembaki. Bahkan janin bayi di
dalam perut ibunya dikeluarkan dengan paksa dan dijadikan bola tendang.
Bayangkan, kebiadaban apa lagi yang bisa menandinginya?
Sesungguhnya
peradaban barat itu bertqanggung jawab atas semua ini. Tangan mereka
kotor dengan darah manusia, korban nafsu angkara murka.
Kasih
sayang yang sesungguhnya hanya ada di dalam Islam. Sebuah agama yang
terbukti secara pasti telah berhasil menjamin keamanan Palestina selama
14 abad lamanya. Di mana tiga agama besar dunia bisa hidup akur, rukun
dan damai. Palestina baru kembali ke pergolakannya justru setelah kaum
yahudi menjajahnya di tahun 1948.
Bahkan gereja Eropa di masa kegelapan (Dark Ages)
pun tidak bisa melepaskan diri dari cipratan darah manusia, ketika
mereka mengeksekusi para ilmuwan yang dianggap menentang doktrin gereja.
Tanyakan kepadaGalileo Galilei, juga kepada Copernicus, apa yang
dilakukan geraja kepada mereka? Apa yang menyebabkan kematian mereka?
Atas dosa apa keduanya harus dieksekusi? Keduanya mati lantaran
mengungkapkan kebenaran ilmu pengetahuan, sedangkan ilmu
pengetahuandianggap tidak sesuai dengan kebohongan gereja.
Kalau
kepada ilmuwan gereja merasa berhak untuk membunuhnya, apatah lagi
dengan orang kebanyakan. Lihatlah bagaimana pemuda Eropa dikerahkan
untuk sebuah perang sia-sia ke negeri Islam, perang salib. Lihatlah
bagaimana nyawa para pemuda itu mati konyol, karena dibohongi untuk
mendapatkan surat pengampunan dosa, bila mau merebut Al Aqsha.
Sejarah kedua agama itu, berikut sejarah Eropa di masa lalu kelam dan bau anyir darah. Sejarah hitam nan legam…
Bandingkan
dengan sejarah Islam, di mana anak-anak bermain dengan bebas di
taman-taman kota, meski orang tua mereka lain agama. Bandingkan dengan
sejarah perluasan masjid di Mesir yang tidak berdaya lantaran tetangga
masjid yang bukan muslim keberatan tanahnya digusur. Bandingkan dengan
pengembalian uang jizyah kepada pemeluk agama Nasrani oleh panglima Abu
Ubaidah Ibnul Jarah, lantaran merasa tidak sanggup menjamin keamanan
negeri.
Siapakah
yang menampung pengungsi Yahudi ketika diusir dari Spanyol oleh rejim
Kristen? Tidak ada satu pun negara yang mau menampung pelarian Yahudi
saat itu, kecuali khilafah Turki Utsmani. Sebab meski tidak seagama,
Islam selalu memandang pemeluk agama lain sebagai manusia juga. Mereka
harus dilindungi, diberi hak-haknya, diberi makan, pakaian dan tempat
tinggal layak. Syaratnya hanya satu, jangan perangi umat Islam. Dan itu
adalah syarat yang teramat mudah.
Maka kalau kita bicara cinta dan kasih sayang, Islam lah bukti nyatanya.
0 comments:
Post a Comment